Bianpoen & Gereja St. Kristoforus (1970-2021)
Mengawali buku ini adalah prolog dari Undi Gunawan tentang sebuah perspektif
dalam memaknai buku ini sebagai sebuah dokumentasi. Sebagai pengingat, buku ini
adalah gerbang pencerahan, “berbahagialah mereka yang tidak pernah berjumpa
namun juga percaya.” Selanjutnya topik-topik tulisan di dalam buku ini
berangsur-angsur bergeser dari sosok Bianpoen menuju ke karyanya, Gereja St.
Kristoforus.
Adetania Pramanik mengawali buku ini dengan mewawancarai Felia Srinaga perihal
kiprah Pak Bianpoen di Arsitektur UPH; ia adalah seorang pendidik. Berikutnya,
Rifandi Septiawan Nugroho dan Nadia Purwestri mengajak kita mampir ke rumah
Pak Bianpoen di JI. Danau Bekuan, Bendungan Hilir, Pejompongan. Lebih mendetil
lagi, kita dapat mengintip pribadi Pak Bianpoen dari foto-foto meja kerja dan laci
yang diabadikan oleh Ranan Samanya dan dinarasikan oleh Fernisia R. Winnerdy.
Selanjutnya sosok Pak Bianpoen dapat dipelajari pula melalui satu karya
terbangunnya yang paling ikonik, yaitu Gereja St. Kristoforus. Bagian ini dibuka oleh
Romo Paroki Grogol, RP Adelbertus Serfi Maria Fangohoi, yang berbicara tentang
sisi rohani-spiritual gereja. Selanjutnya, melalui foto-foto perobohan gereja yang
diabadikan oleh Dewan Paroki Harian Grogol, kita dapat melihat struktur gereja
sebagaimana didesain pada awalnya. Pembahasan kemudian dilanjutkan oleh dua
dosen Arsitektur UPH yang berkesempatan mengunjungi gereja di kala pandemi
tahun 2020; Gregorius A. Gegana Amunisianto mengabadikan gereja dalam
Metaverse dan Emanuel agung Wicaksono menelaah sisi struktur dan konstruksi
gereja. Melengkapi dokumentasi tersebut, Sapu Terbang Studio menggarap sebuah
memorabilia yang mengajak pembaca merangkai 3D puzzle dari struktur gereja ini.
Setelah puas memahami bangunannya, di akhir buku Mohammad Nanda Widyarta
menuntun kita untuk kembali menjejak ke konteks pembangunan gereja dan sikap
Pak Bianpoen sebagai perancangnya. Tulisan ini memperlihatkan bagaimana Pak
Bianpoen sesungguhnya telah memberi kunci jawaban dari pertanyaan di judul
bukunya yang ikonik, “Untuk Apa? Untuk Siapa?” (2011). Penutup buku ini adalah
artikel terakhir dari buku tersebut yang kami cetak ulang. Harapan kami adalah agar
para pembaca diingatkan untuk rajin-rajin menggumulkan hal ini dalam keseharian
kita saat mempelajari dan mempraktikkan ilmu ini, “Arsitektur: Rahmat atau
Bencana.”
Description
Penulis:
- Andreas Yanuar Wibisono, Adetania Pramanik, Emanuel Agung Wicaksono, Felia Srinaga, Fernisia Richtia Winnerdy, Gregorius Gegana Amunisianto, Mohammad Nanda Widyarta, Nadya Puwestri, Rifandi Septiawan Nugroho, Romo Adelbertus Serfi Maria Fangohoi, Undi Gunawan
Reviews
There are no reviews yet.